Perempuan dengan jeda
Ada banyak
pikiran yang terkadang sangat sederhana namun ternyata menyita banyak pikiran si
pemilik tubuh. Ada banyak tanda tanya yang terkadang kehilangan jawabannya
hanya karena pertanyaan itu sebenarnya sesuatu yang retoris.
Seperti
halnya hari ini, perempuan itu memandang dari semua sudut jalan yang dia
lewati, sambil berfikir banyak hal. Dia melihat bapak tua penjual ubi, kacang
rebus dan sekoteng. Mukanya kusuh seakan mengisyaratkan beban gerobak yang
harus dibawanya tiap hari yang beratnya hampir sama dengan pikirannya.
Dagangannya masih banyak dan hanya segelintir orang yang datang membelinya
.
Berjalan beberapa
langkah, perempuan itu melihat ada anak kecil. Memegang buku pelajarannya
sambil terkantuk. Di depannya ada beberapa bungkus tissue untuk dijual. Terkadang
ada si ibu yang menemaninya, sehingga dia bisa belajar meski bunyi bising dan
debu jalanan menyapanya tiap hari.
Di bangku
dekat sebuah gedung perkantoran, perempuan itu kembali melihat seorang anak
bersama ibunya yang mencoba berbicara melalui gerakan tangannya. Mulutnya seperti menggumam namun tidak terdengar suara yang keluar. Perempuan yang sedang berjalan itu memperhatikan anak yang sedang terbaring
dipangkuan ibunya. Ingatan perempuan tentang anak itu membawanya emnghitung
waktu berapa lama dia di bangku itu semenjak bayi hingga kini si anak sudah
berlari kesana kemari. Kulit anak itu sebenarnya cantik, namun kusam karena
entah berapa kali dia bisa mandi air bersih.
Ada banyak
hal lain yang bisa menyita pikiran si perempuan itu disetiap perjalanan
dirinya. Kadang pikiran itu sampai membawanya ke tempat tujuan tanpa dia sadari.
Perempuan itu, dengan segala pikiran acak yang muncul sesekali menangis tanpa
sebab di perjalannya. Membayangkan kesedihan yang dirasakan orang lain. Ada
rasa nelangsa yang hadir menyelinap dihatinya.
Perempuan
itu bahkan terkadang merasa lelah tanpa disadarinya, dia tersenyum namun ada
banyak hal berkecamuk. Dia tersenyum sambil mencoba berdamai dengan dirinya
sendiri. Sesekali dia bahkan berhenti untuk mengambil jeda sejenak, melepaskan
beban diri untuk kembali hadir utuh.
#ruangmenulis
#writingtresnojalaransokokulino
terkadang berhenti sejenak itu memang perlu ya. Demi bersatunya hati dan raga. 👍🏼
BalasHapusBetuul
BalasHapus