Cerita tentang pasar

Saya dan pasar.

Saya ini termasuk tipe ibu-ibu yang senang sekali mendatangi pasar tradisional. Pasar tradisional membuat saya bisa berlama-lama dan menikmati proses jual beli. Pasar tradisional memang sekarang banyak berubah, ada beberapa pasar tradisional yang dikenal sebagai pasar modern.
Pasar modern ini sebenarnya pasar tradisional biasa, namun yang menjadikannya modern adalah penataan dari pasar tersebut. Pasar modern ini tergolong lebih bersih dibandingkan dengan pasar tradisional, begitu pula dengan penataan tiap pedagangnya.



Tiap pedagang diberikan los atau tempat berdasarkan kategori barang yang dijualnya. Di pasar tradisional pun sudah terpisah namun pada praktiknya penataan pedagang kurang rapi sehingga masih banyak campur baur antara jenis pedagang yang satu dengan yang lainnya.
Untuk segi harga memang biasanya pasar modern sedikit lebih mahal di bandingkan dengan pasar tradisional biasa. Bisa dimaklumi karena biasanya biaya retribusi pasar dipatok lebih tinggi.
Di dekat rumah saya sendiri hanya terdapat pasar tradisional biasa, untuk pasar modern ada namun jaraknya lumayan jauh. Suasana pasar di dekat rumah memang hanya ramai dipagi hari, ketika menjelang siang, maka hiruk pikuknya akan berakhir. Digantikan dengan beberapa penjual jajanan sore seperti martabak dan yang lainnya.


Sebagai ibu yang bekerja di ranah publik, maka saat akhir pekan adalah kesempatan saya untuk meyambangi pasar. Di sana saya sudah hafal benar mana pedagang yang menjual sayuran lebih murah, ikan yang lebih segar atau beberapa bumbu jadi yang bisa saya beli. Sedangkan untuk Adya, kesempatan pergi ke pasar dengan mama, berarti kesempatan untuk membeli jajanan kesukaannya, baik bubur sumsum atau dimsum atau bahkan mainan murah meriah yang dijajakan di sana. Untuk Adya, saya membiasakan diri untuk memilih atas hal yang dia inginkan. Pergi ke pasar bukan berarti kesempatan membeli yang dia mau. Saya hanya memperbolehkan Adya untuk membeli satu jenis barang atau makanan.

Apabila saya ingin lebih berhemat, saya biasanya akan pergi ke pasar yang lebih besar. Pasar ini memang relative lebih jauh, namun masih terjangkau dibandingkan saya harus ke pasar modern di daerah saya. Godaan terbesar untuk saya adalah manakala saya melihat begitu banyak sayuran yang masih segar, yang warnanya begitu indah. Ada brokoli yang masih hijau, ada cabai yang merahnya menggoda, atau sayuran lain yang apik tertata di lapak dagangan. Di pasar ini biasanya sayuran datang di malam hari, sedangkan pagi hari aka nada banyak pedagang daging, ikan, ayam ataupun unggas lain yang masih hidup dan siap potong. Dibandingkan dengan pasar di dekat rumah, harganya pun cukup murah, karena dapat dibilang pasar besar ini salah satu pasar induk di daerah saya.

Kegemaran ke pasar, sering membuat saya gelap mata. Membeli beberapa sayuran dengan dalih akan disimpan dan dimasak hari berikutnya. Namun biasanya dengan segala alasan, sayuran itu seringkali terbengkalai, bahkan beberapa menjadi busuk. Saya hanya dapat memasak sebagian sayuran yang saya beli.



Mungkin kegemaran saya terhadap pasar terpengaruh besar oleh mama saya. Saya ingat ketika saya kecil hingga beranjak dewasa, saya seringkali diajak menemani mama ke pasar, bahkan setelah saya dewasa saya kerap diminta menemaninya saat saya pulang kampung. Perlahan namun pasti, saya menjadi menikmati pasar, menikmati suasana yang ada di dalamnya. Ada banyak interaksi di dalamnya, entah penjual, pembeli atau penjaga parkir.

Pasar dan segala kearifannya, membuat saya banyak belajar dan menjadikan saya lebih waras menghadapi segala macam hal di kehidupan ini.






#SMANSAMenulis05
#septembermenulis
#tantanganmenulis
#30harimenulis

Komentar

Postingan Populer